Antara Harga Diri dan Harga Ekonomis

Foto : Kehidupan OAP di bawah pemerintah Indonesia
Antara harga diri dan nilai atau harga ekonomis merupakan kedua unsur yang terkadang membuat kita merasa dilemah untuk menjatuhkan pilihan diantara kedua ini namun, sebaiknya harus mampu menjatuhkan pilihan yang cepat dan tepat. Namun, apa pilihan apa yang tepat apakah harga diri atau harga ekonomis ?

Harga diri yang dimaksud disini adalah hal-hal yang berhubungan dengan integritas, harkat dan martabat sebagai manusia serta identitas sedangkan, nilai ekonomis adalah hal-hal yang hanya bernilai emonomis atau jual-beli yang identik dengan uang tanpa memperhatikan harga diri.

Dengan demikian bagaimana dengan kita sebagai orang asli Papua menjatuhkan pilihan atara kedua hal ini. Disini akan diulas menurut pendapat pribadi atas kedua pilihan ini.

Harkat dan martabat orang asli Papua

Setiap manusia tentu saja memiliki harkat dan martabat sebagai manusia yang telah diciptakan dan kukuhkan oleh Sang Pencipta begitu pula orang asli Papua.

Kami sebagai orang asli Papua yang ditakdirkan lahir dan besar diatas tanah Papua dengan ciri khas tersediri sebagai orang Papua. Secara kultur kami merupakan orang kami sebagai orang keturunan negroid, Oceania, ras Melanesia yang dihidup di pulau New Guinea (Papua) yang memiliki ciri khas atau kebudayaan dan adat-istiadat yang berbedah. Selain itu secara hitoris beradaban serta sejarah politik pun berbedah dengan manusia lain dimuka bumi yang harus disyukuri dan di pertahankannya sebagai sebuah identitas sebagai orang asli Papua sebab, sebuah identitas tidak sebanding harganya dengan nilai uang atau nilai ekonomis.

Harga Ekonomis


Dalam dinamika kehidapan dewasa ini segalah sesuatu membutuhkan uang sebagai aktor utama dalam menjalani dan menjamin keberlangsungan hidup setiap orang yang terkadang membuat manusia sulit untuk mengendalikan diri dan terkontaminasi dengan hal-hal yang bernilai ekonomis.

Realitas antara Harga Diri dan Harga Ekonomis Orang Papua


Dalam realitas kehidupan orang asli Papua dewasa ini cenderung mengalami kewalahan untuk bagaimana menjatuhkan pilihan antara harga diri dan harga ekonomis.

Kita sebagai orang Papua tentu saja mengenal diri kita sebagai orang Papua dan berbagai orang Oceania, Melanesia, West Papua hingga, memahami persoalan politik orang asli Papua sebagai sebuah bangsa atau negara yang telah mendeklarasikan kemerdekaan pada 1 desember 1961 yang kemudian dianeksasi oleh beberapa negara kapitalis dan Indonesia.

Hal ini adalah fakta yang harus di pahami dan diketahui oleh seluruh orang asli Papua yang ada di seluruh Papua, di Indonesia maupun di luar negri agar dapat dipertahankan dan diperjuangankan oleh semua kalangan tanpa memandang status sosial tertentu sebab ini merupakan sebuah identitas dan harga diri sebagai orang asli Papua yang lebih bernilai dari hal-hal yang bernilai ekonomis.

Orang asli Papua yang paham dan sadar akan harga dirinya serta persoalan politik dewasa ini pun sudah semakin banyak namun, terkadang mudah terhegemoni dengan hal-hal yang bernilai ekonomis dibanding mempentahankan harga diri dan memperjuangan persoalan politik sebagai sebuah bangsa dan negara yang sudah merdeka.

Tidak sedikit orang yang awalnya tergabung atau berbicara secara lantang untuk mempertahankan harga diri dan memperjuangkan hak politik namun, tidak sedikit pula yang kemudian terhegemoni dengan hal-hal yang bernilai ekonomis dan berhentik mempertahankan dan memperjuangkan hak politik dan harga diri sebagai orang asli Papua.

Banyak yang terhegemoni dengan lansung menduduki jabatan-jabatan dalam admisitrasi pemerintahan Indonesia (kolonial), menjadi aparatur negara, duduk di kursi legislatif dan eksukutif hingga, menjadi antek-antek dengan kaum yang merusak dan mencaplok hak politik orang asli Papua (BMP, dll) dan tidak menutup kemungkinan ada yang dalam tahapan perencanaan atau angan-angan untuk menjadi antek-antek penindas. Dengan demikian memunculkan sebuah pertanyaan dalam diri mengapa ?

Untuk menjawab pertanyaan ini saya secara pribadi berpendapat bahwa, yang pertama, kerena persoalan ekonomis (makan, minum, rokok, dll). kedua, karena egoisme atau individualisme dan kurangnya pemahaman kita terkait praktek penindasan dan jalan keluarnya.

Saran dan kesimpulan

Kesimpulannya bahwa, harkat dan martabat lebih berharga dibanding hal-hal yang bernilai ekonomis namun, tidak sedikit orang asli Papua yang terhegemoni dalam hal-hal ekonomis.
Saran untuk bagaimana bisa bertahan dengan berbagai hegemoni agar dapat mempertahankan harga diri dan pemperjuangan hak politik, diantaranya membangun sebuah tatanan ekonomi berbasis rakyat untuk kepentingan bersama, membuang sifat egoisme dan eduvidualisme dalam diri kita dan membangun sebuah persatuan bersama untuk saling bahu-membahu mempertahankan harga diri serta memperjuangkan hak politik bersama serta perbanyak pengetahuan tentang fakta sejarah dan praktek-praktek penindasan.




Tidak ada komentar:

Silahkan memberikan saran, kritik dan harapan yang membangun, terima kasih

Diberdayakan oleh Blogger.