Paulo Freire : Pendidikan Sebagai Sarana Pembebasan

Paulo Freire

Pendidikan menurut Paulo Freire sebagai sarana untuk membebaskan manusia dari berbagai bentuk penindasan, membebaskan manusia dari hal-hal yang tidak manusiawi atau biasa disebut pendidikan yang memanusiakan manusia.

Paulo Freire lahir di Recife, sebuah kota di pantai timur laut Brasil pada tahun 1921. Freire dikenal dengan karyanya yang mencoba menggugat sistem pendidikan mapan dalam masyarakat Brasil.

Pandanganya tentang pendidikan sebagai sarana pembebasan lahir dari pergumulan konteks nyata yang ia hadapi. Masa kanak-kanak ia lalui dengan merasakan langsung penindasan dan kemiskinan akibat masa-masa depresi besar tahun 1929. Disamping itu, gagasanya tersebut merupakan akumulasi dari pemikir pendahulunya.

Setelah tamat sekolah menengah, Freire kemudian belajar Hukum yang juga belajar filsafat dan psikologi. Meskipun tamat sebagai ahli hukum ditengah kondisi keuangan yang sulit, ia benar-benar tidak berpraktek di dalam bidang tersebut, namun ia bekerja sebagai pengajar di sekolah-sekolah menengah.

Kehidupan Freire dan pandanganya tidak selalu berjalan mulus, ia ditahan dan diasingkan setelah Militer melancarkan aksi kudeta di Brasil pada tahun 1964. Ia memulai masa 15 tahun pembuanganya untuk tinggal sementara di Bolivia kemudian berpindah ke Cilhi.
Paulo Freire

Dalam kurun waktu lima tahun di Chili, ia bergabung kedalam organisasi internasional Christian Democratic Agrarian Reform Movement. Dalam masa-masa ini ia dianggap berjasa menghantarkan negara tersebut sukses dalam memberantas buta huruf yang juga di akui UNESCO.

Pada tahun 1979 Freire kembali ke Brasil dan bergabung kedalam partai buruh Brasil sekaligus menempati posisi penting di Universitas Sao Paulo. Dalam masa-masa hidupnya di Brasil, ia bertindak sebagai penyedia proyek melek huruf untuk dewasa.


Freire kemudian wafat pada tahun 1997, selama perjalanan hidupnya ia menerima beberapa gelar dari Universitas di seluruh dunia. selain itu ia juga menerima beberapa penghargaan salah satunya dari UNESCO untuk pendidikan dan perdamaian.

Pada hakekatnya, konsep pendidikan Freire berporos pada manusia dan dunia. Menurutnya, pendidikan harus berorientasi pada pengenalan realitas diri manusia dan dirinya sendiri serta memiliki kesadaran yang berpotensi sebagai tindakan untuk mengubah dunianya yang tidak manusiawi.

Paulo Freire
Bagi Freire konsep pendidikan yang di terapkan saat ini menjadikan peserta didik sekadar objek investasi agar setelah lulus dapat mendatangkan keuntungan finansial yang berlipat ganda. Dengan kata lain peserta didik diperlakukan sebagai “bejana kosong”—Guru memindahkan sejumlah rumusan ilmu pengetahuan kepeda peserta didik yang kemudian dikeluarkan dalam bentuk yang sama jika diperlukan.

Pendidikan yang demikian itulah disebut Freire sebagai pendidikan “gaya Bank”. Dimana manusia tercabut dari diri dan lingkunganya yang kemudian hidup membelakangi realitas, konsep seperti inilah yang ia tolak. Menurutnya sarana pendidikan harus melibatkan tiga unsur didalamnya :

1. Pengajar (guru/dosen).
2. Peserta didik (pelajar/mahasiswa).
3. Realitas dunia (ketimpangan).

Pengajar dan peserta didik Sebagai Subjek yang sadar (cognitive), sementara realitas dunia adalah Objek yang tersadari atau disadari. Sederhananya, kemampuan Subjektif (Pengajar-peserta didik) yang memiliki kesadaran haruslah berorientasi untuk merubah keadaan yang tidak manusiawi.
Paulo Freire


Pada prinsipnya pendidikan harus bertujuan menggarap realitas manusia yang metodenya bertumpu pada aksi dan refleksi. Yakni terus-menerus menumbuhkan kesadaran akan realitas yang tidak manusiawi dan secara bersamaan menumbuhkan hasrat untuk merubah kenyataan tersebut.

Sumber : www.facebook.com

Tidak ada komentar:

Silahkan memberikan saran, kritik dan harapan yang membangun, terima kasih

Diberdayakan oleh Blogger.